Meraih Surga dan Keridoan Alloh Ta'ala
Melalui Babul Ilmi
Dalam postingan
kali ini, akan dikaji tentang kesungguhan para pelajar terdahulu dan
ulama salih dalam mencari Ilmu.
Disadari bahwa
ukuran maju tidaknya suatu negara dilihat dari indeks kemampuan sumber daya
manusianya. Masalah sepelik apapun akan cepat
tuntas dan beres oleh mereka yang mempunyai keahlian, apalagi urusan yang
setiap hari dikerjakan. Negara-negara yang
berkembang
rata-rata menghadapi permasalahan karena kurangnya sumber daya manusia yang
mendukung. Sehingga pendidikan di zaman sekarang menjadi prioritas yang
utama. Menghadapai tantangan zaman yang dinamis dan kemajemukan dalam
dinamika kehidupan, maka dituntut manusia yang arif dalam membangun
manusia yang berkwalitas, beriman dan bertakwa serta trampil dalam
memecahkan masalah di abad modern ini.Tidak berlebihan jika Islam menempatkan
ahli ilmu pada tempat tertinggi baik di hadapan
manusia
terlebih di hadapan Sang Pencipta. Begitu agungnya, sehingga Allah Ta'ala menyebutkan
dan menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi pencari ilmu melebihi
orang yang berjihad di jalan Allah Swt (mujahid).
Dalam surat al
Mujadalah Allah Swt berfirman,
يا
يهاالذين امنوااذاقيل لكم تفسحوافى المجالس فافسحوا يفسح الله لكم واذاقيل انشزوا
فانشزوايرفع الله الذين امنوامنكم والذين اوتواالعلم درجات والله بما تعملون خبير
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu : "Berlapang-lapanglah dalam majlis!", maka lapangkanlah niscaya Allah akan melapangkan untukmu. Dan apabila dikatakan : "berdirilah kamu!", maka berdirilah kamu, niscara Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa tingkatan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadal;ah ayat 11)
Allah Swt telah menyediakan tempat khusus bagi mereka yang mencari ilmu dan memuliakan ahli ilmu yang tempat di dalam surga dengan pintu
bagi mereka yang disebut babul ilmi.
A.
Memahami
Ayat dan Hadis tentang Mencari Ilm
o
Surat Al-Taubah/9:122
مَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا
كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ
لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا
إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Tidak sepatutnya
bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
o
Hadis dan kisah-kisah teladan tentang menuntut ilmu
Mustahil
akan sampai tujuan yang dimaksud jika tidak memahami dan mengetahui jalan
yang ditempuh. Inilah sebuah kiasan atau analogi
yang
dilukiskan oleh para ulama untuk para pencari ilmu.
مَنْ اَخْطَأَ فِى
الطَّرِيْقِ ضَلَّ
Syaikh
Abu Abdillah Muhamamd Bin Shalih al-Utsaimin rahimahulloh pernah
berkata,
طَالِبُ الْعِلْمِ : إِذَا لَمْ يَتَحَلَّ
بِالْأَخْلَاقِ اْلفَاضِلَةِ فَإِنَّ طَلَبَهُ لِلْعِلْمِ لاَ فَائِدَةَ فِيْهِ
"Seorang penuntut ilmu, jika tidak menghiasi diri dengan
akhlak yang mulia, maka tidak ada faidah menuntut ilmunya.”( Syarhul
Hilyah Fii
Thalabul Ilmi, hal. 7)
طَلَبُ الْعِلْمِ
فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Mencari
ilmu itu wajib bagi setiap muslim (HR. Ibnu Majah).
طَلَبْتُ
اْلأَدَبَ ثَلَاثِيْنَ سَنَّةً وَطَلَبْتُ اْلعِلْمَ عِشْرِيْنَ سَنَّةً كَانُوْا
يَطْلُبُوْنَ اْلأَدَبَ ثُمَّ اْلعِلْمَ
Kisah
Teladan Imam Malik dan Imam Syafi'i
dalam
menjaga adab dan mencari ilmu
“Saya mempelajari adab
selama tiga puluh tahun dan saya mempelajari ilmu (agama) selama dua
puluh tahun, dan ada-lah mereka (para
ulama salaf) memulai pelajaran
mereka dengan mempelajari adab terlebih dahulu kemudian baru ilmu”.( Ghayatun-Nihayah
fi Thobaqotil
Qurro I/446,
cetakan pertama, Maktabah Ibnu Taimiyyah, Maktabah Syamilah)
o Meluruskan
Niat
o Hormat
dan Santun kepada Guru
o Mengawali
dan Mengakhiri Belajar dengan Do’ā
o Semangat
dalam Belajar
o Mengamalkan
Ilmu yang telah Didapat
o Menyampaikan
Ilmu
C. Keuntungan
Menuntut Ilmu
o Allah
Ta’ala akan Jadikan Orang-orang yang Menuntut Ilmu Menjadi Baik.
o Allah
akan Mempermudah Jalan Menuju Surga bagi Para Penuntut Ilmu
o Allah Ta’ala
akan Memberikan Pahala yang Tidak akan Terputus bagi Ilmu yang Bermanfaat.
o Allah Ta’ala
akan Memberikan Pahala yang Tidak akan Terputus bagi Ilmu yang Bermanfaat.
o Allah
Ta’ala akan Menjadikannya Sukses di Dunia dan Bahagia di Akhirat
a.
Kata ilmu dalam bahasa Indonesia berasal dari kata al-‘ilmu
dalam bahasa Arab. Secara bahasa (etimologi) kata al-‘ilmu adalah bentuk
masdar atau kata sifat dari kata `alima – ya`lamu- `ilman. Dijelaskan
bahwa lawan kata dari al-‘ilmu adalah al-jahl (bodoh/tidak tahu).
Sehingga jika dikatakan alimtu asy-syai’a berarti “saya mengetahui
sesuatu”.
Sementara secara istilah (terminologi) ilmu berarti pemahaman tentang
hakikat sesuatu Ia juga merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang diketahui
dari dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya. Dalam kitab Tafsir Aisar at-Tafaasir dijelaskan
bahwa:
الْعِلْمُ سَبِيْلُ الْخَشْيَةِ فَمَنْ لَا عِلْمَ لَهُ بِاللهِ
فَلَا خَشْيَةَ لَهُ اِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ اْلعُلَمَاءُ
Artinya
: “Ilmu itu adalah jalan menuju rasa takut kepada Allah, barang siapa yang
tidak mengenal Allah, maka dia tidak mempunyai rasa takut pada-Nya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara
hamba-hamba-Nya hanyalah ulama”
a. Menuntut
ilmu merupakan kwajiban bagi sitiap muslim, dengan ilmu seseorang akan dapat
memenuhi kebutuhan duniawi maupun ukhrawi.
b.
Ilmu bisa deperoleh hanya dengan cara dan etika yang benar serta sabar
menghadapi cobaan.
c.
Islam telah memberikan tuntunan menuntun ilmu yang benar sehingga bisa
bermanfaat bagi diri sendri dan orang lain.
d. Ilmu merupakan identitas manusia yang
membedakannya dengan makhluk lain
e. Ilmu tidak bisa diperoleh dengan mudah, dibutuhkan
syarat-syarat khusus diantarangan adalah patuh kepada orang tua dan guru agar
mendapatkan ilmu yang manfaat dan barakah.
f. Orang tua dan guru harus dihormati, jika mereka
masihi hidup kita harus sopan dan santun serta tidaka mnyakiti hati mereka,
jika sudah meninggal arus kita doakan.
g. Ulama terdahulu telah mencontohkan cara-cara yang
dilakukan sehingga memperoleh ilmu yang membawa manfaat bagi kita sampai
sekarang
Ketinggian Akhlak Ahli Ilmu di Zaman Dahulu
1) Kesabaran dan Kesungguhan Menuntut Ilmu
Ibnu Thahir al-Maqdisy berkata :
”Aku dua kali kencing darah dalam menuntut ilmu hadits, sekali di Baghdad dan
sekali di Mekkah. Aku berjalan bertelanjang kaki di panas terik matahari dan
tidak berkendaraan dalam menuntut ilmu hadits sambil memanggul kitab-kitab di
punggungku”.
2) Belajar Setiap Hari
Al-Imam an Nawawy setiap hari
membaca 12 jenis ilmu yang berbeda (Fiqh, Hadits, Tafsir, dsb..)
3) Membaca Kitab Sebagai Pengusir Kantuk
Ibnul Jahm membaca
kitab jika beliau mengantuk, pada saat yang bukan semestinya. sehingga beliau
bisa segar kembali.
4) Berusaha Mendapatkan Faidah Ilmu Meski
Di Kamar Mandi
Majduddin Ibn Taimiyyah (Kakek
Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah) jika akan masuk kamar mandi berkata kepada orang
yang ada di sekitarnya: “Bacalah kitab ini dengan suara keras agar aku bisa
mendengarnya di kamar mandi”.
5) Kemampuan Membaca Yang Luar Biasa
Ibnul Jauzy
sepanjang hidupnya telah membaca lebih dari 20.000 jilid kitab.
Al-Khothib al-Baghdady
membaca Shahih al-Bukhari dalam 3 majelis ( 3 malam), setiap malam mulai ba’da
Maghrib hingga Subuh (jeda sholat)
Catatan : Shahih alBukhari terdiri
dari 7008 hadits, sehingga rata-rata dalam satu kali majelis (satu malam)
dibaca 2339 hadits.
Abdullah bin Sa’id bin Lubbaj al-Umawy
dibacakan kepada beliau Shahih Muslim selama seminggu dalam sehari 2 kali
pertemuan (pagi dan sore) di masjid Qurtubah Andalus setelah beliau pulang dari
Makkah.
6) Mengulang Membaca Suatu Kitab Hingga Berkali-Kali
Al-Muzani berkata: ”Aku telah
membaca kitab arRisalah (karya asy-Syafi’i) sejak 50 tahun lalu dan
setiap kali aku baca aku menemukan faidah yang tidak ditemukan sebelumnya”.
Gholib bin Abdirrahman bin Gholib
al-Muhaariby telah membaca Shahih alBukhari sebanyak 700 kali.
7) Kesungguhan Menulis
Ismail bin Zaid dalam semalam
menulis 90 kertas dengan tulisan yang rapi.
Ahmad bin Abdid Da-im al-Maqdisiy
telah menulis/menyalin lebih dari 2000 jilid kitab-kitab. Jika senggang, dalam
sehari bisa menyelesaikan salinan 9 buku. Jika sibuk dalam sehari menyalin 2
buku.
Ibnu Thahir berkata: ”saya
menyalin Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Sunan Abi Dawud 7 kali dengan
upah, dan Sunan Ibn Majah 10 kali”.
Ibnul Jauzy dalam setahun
rata-rata menyalin 50-90 jilid buku
8) Sangat Bersemangat Dalam Mencatat
Faidah
Al-Imam an-Nawawy berkata: “Janganlah
sekali-kali seseorang meremehkan suatu faidah (ilmu) yang ia lihat atau dengar.
Segeralah ia tulis dan sering-sering mengulang kembali”.
Al-Imam al-Bukhary
dalam semalam seringkali terbangun, menyalakan lampu, menulis apa yang teringat
dalam benaknya, kemudian beranjak akan tidur, terbangun lagi , dan seterusnya
hingga 18 kali.
9) Takzim kepada Rasululloh Saw
Suatu
hari Imam Malik rahimahulloh Ta’ala diajak berkendara, namun beliau menolak.
Lalu ditanyakan kepadanya, belaiu menjawab, “Aku malu menginjak bekas telapak kaki
rasululloh Saw.
Dari itu,
seorang muridnya Abdulloh Bin Mubarak rahimahulloh Ta’ala berkata, “Aku
belajar adab kepada Imam Malik rahimahulloh Ta’ala sealam 20 tahun, dan
aku belajar ilmu kepadanya hanya 2 tahun.” Lalu ditanyakan kepadanya, beliau
menjawab “Kalau belajar ilmu, aku masih bisa ke ulama-ulama besar di kota ini
(Madinah), tapi untuk belajar adab. Aku belum menemukan orang mulai seperti
beliau.”
Memang
Imam Malik Bin Anas Al Ashbahy memang lahir dan besar di Madinah, sementara
Nabi Muhamamd Saw di utus di Mekah, lalu hijrah sampai meninggal di Kota
Madinah.
10) Memuliakan Guru
Ketinggian ilmu dan akhlak Imam Malik Bin Anas
bin ‘Amir Al-Ashbahi tidak diragukan lagi. Bahkan di saat kecil ibunya
berpesan,
إِذْهَبْ
اِلَى رَبِيْعَةَ فَقَالَتْ فَتَعَلَّمْ مِنْ اَدَبِهِ قَبْلَ عِلْمِهِ...!
“Pergilah engkau ke Imam Rabi’ah!” Lalu berkata ibunya, “Dan
belajar adablah darinya, sebelum belajar ilmunya”
11) Segan kepada Guru
كُنْتُ أُصَفِّحُ
اْلوَرَقَةَ بَيْنَ يَدَي مَالِكٍ صُفُحًا رَفِيْقًا هَيْبَةً لَهُ لِئَلَّا
يَسْمَعَ وَقْعَهَا
“Dulu
aku membolak balikkan kertas di depan Imam Malik
dengan sangat lembut karena segan padanya dan supaya dia tak mendengarnya”.
Test Kompetensi Bab 6
1. Perhatikan hadis berikut! طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ
Bahwa kata yang digarisbawahi mengandung arti wajib. Menurut sebab turunya hadis, ilmu yang dimaskud adalah ...
a. Hakikat
b. Ma'ripat c.Syariat d. Faroid e. Falaq
2. Rasululloh Saw menggambarkan bahwa ilmu adalah NUR atau cahaya. Dan sesungguhnya, cahaya tidak akan diberikan kepada orang yang maksiat. Berikut ini yang bukan termasuk kategori ilmu sebagai cahaya yang dimaksud ...
a. Ilmu nujum
b. Teknologi
c. Ilmu Farmasi
d. Ilmu Ruqiyah
e. Ilmu Hajamah
3. Alloh akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan … .
a. orang-orang yang diberi ilmu beberapa tingkatan.
b. agar kamu mendapatkan rahmat.
c. pembeda
manusia dengan makhluk lain
d. Alloh mengetahui apa yang kamu perbuat.
e. pembeda orang kaya dan orang miskin
e. pembeda orang kaya dan orang miskin
4.
Dalam Islam di tekankan bahwa tujuan atau
niat seseorang mencari ilmu harus benar. Berikut yang bukan tujuan
atau niat mencari ilmu adalah … .
a. Mencari
ridla Allah
b. Menghilangkan
kebodohan
c. Mampu
berdebat dengan guru
d. Melaksanakan perintah Alloh dan Rasululloh Saw
e. Menghidupkan
agama Islam
5. cabang ilmu yang membahas tentang tata cara beribdah seperti shalat adalah ..
a. Fiqih
atau hokum
b. Akhlak
atau etika
c. Al
Qur’an
d. Tarikh atau
sejarah
e. Aqidah
atau tauhid
6. مَنْ لَا شَيْخَ لَهُ فَالشَّيْطَانُ شَيْخُهُ Adalah sebah ucapan yang masyhur di antara para pelajar. Dalam ucapan itu ditekankan tentang … .
a.
Setiap bertemu guru harus hormat seperti hormat bendera
b.
Tidak menyinggung atau menyakiti hati guru
c.
Berjalan membungkuk dan bersimpuh di hadapan guru
d.
Tidak membicarakan sama sekali tentang guru
e. Pentingnya berguru
7. Kunci utama seseorang
dalam mencari ilmu adalah … .
a.
Orang tua
b.
biaya dan sarana
c.
prasarana
d. kesungguhan
e.
kekuatan
8. Berkaitan dengan ilmu, dalam Al Qur’an Allah memberi
penghargaan besar kepada orang yang beriman dan berilmu. Bentuk penghargaan tersebut adalah …
a.
Mempermudah usahanya
b.
Mengangkat derajatnya
c.
Memperpanjang umurnya
a. Meluaskan
rizkinya
b. Melapangkan
jalannya
9. Salah satu misi Nabi Muhammad Saw adalah menyempurnakan akhlak manusia. Artinya bahwa akhlak masyarakat arab saat itu jauh dari tuntunan nilai kebenaran.
Pelajaran yang dapat kita petik dari rislah beliau Saw adalah …
Pelajaran yang dapat kita petik dari rislah beliau Saw adalah …
a. manusia akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.
b. akhlak adalah pembeda manusia dengan binatang.
b. akhlak adalah pembeda manusia dengan binatang.
c. tugas nabi sangat berat.
d. nabi berdakwah mulai dari masyarakkat yang berstrata rendah ke strata atas.
e. ilmu yang paling utama dan yang pertama harus dipelajarai sebelum yang lain adalah akhlak.
10. Orang yang sedang
menuntut ilmu mendapat tempat luar bisa dan di muliakan Allah swt. Salah satu
kemulyaan tersebut adalah
a.
Orang yang sedang menuntu ilmu haram di goda setan
b.
Orang yang sedang menuntu ilmu tidak harus wudhu
c.
Orang yang sedang menuntu ilmu jika sakit Allah langsung menyembuhkan
d. Orang
yang sedang menuntu ilmu jika berkata bohong tidak dosa
e.
Orang yang sedang menuntu ilmu jika mati dihukumi mati syahid

Tidak ada komentar:
Posting Komentar