Kamis, 28 Mei 2020

Madinah Munawarah Sejarah Penuh Hikmah

Madinah al-Munawwarah
Gb. 1
Musium Madinah
Seperti biasa, sayup-sayup terdengar sebuah suara dari corong sebuah masjid atau mungkin mushala menyapa keheningan, menyelinap di balik kegelapan malam nan senyap. Bagiku suara itu tidak terasa asing, namun sedikit mengganggu karena suara itu mendahului gawaiku yang dipasang jam 03.30. Lama-lama suara itu semakin menyempil dibalik gendang telinga memaksaku untuk bangun.
Sambil komat-kamit melafalkan do’a yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw yang artinya,
Segala puji hanya milik Allah yang telah mengembalikan ruhku kepadaku, dan telah memberikan kebaikan kepadaku berupa jasadku yang sehat, dan memberikan izin kepadaku untuk senantiasa mengingatNya.
Sejenak terlintas dalam pikiranku, suasana dingin dan sejuk seperti ini kenapa masih banyak orang begitu terlena dan lelap dalam tidur semu ini. Alam pikiranku menerawang saat dimana Rasululloh Saw melangkahkan kaki meninggalkan kota kelahiran. Malam itu beliau hendak pergi menyelinap menghindari kafir Quraisy yang tidak mengharapkan keberadaannya di Mekah, bahkan mereka akan menangkap dan membunuhnya menumpahkan api kemarahan dan bara kedengkian.
Sambil menggengam pasir Baginda Nabi Saw menaburkan butiran-butiran pasir ke setiap penjuru hamparan jalan setapak yang dilaluinya. Dari mulutnya yang mulia, Abdulloh Bin Abi Quhafah mengintip suara lirih namun jelas, membaca surat Yasin dari ayat 1 - 10.
يٰسٓ. وَالۡقُرۡاٰنِ الۡحَكِيۡمِ. اِنَّكَ لَمِنَ الۡمُرۡسَلِيۡنَۙ. عَلٰى صِرَاطٍ مُّسۡتَقِيۡمٍؕ‏. تَنۡزِيۡلَ الۡعَزِيۡزِ الرَّحِيۡمِ. لِتُنۡذِرَ قَوۡمًا مَّاۤ اُنۡذِرَ اٰبَآؤُهُمۡ فَهُمۡ غٰفِلُوۡنَ. لَقَدۡ حَقَّ الۡقَوۡلُ عَلٰٓى اَكۡثَرِهِمۡ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ. اِنَّا جَعَلۡنَا فِىۡۤ اَعۡنَاقِهِمۡ اَغۡلٰلًا فَهِىَ اِلَى الۡاَ ذۡقَانِ فَهُمۡ مُّقۡمَحُوۡنَ. وَجَعَلۡنَا مِنۡۢ بَيۡنِ اَيۡدِيۡهِمۡ سَدًّا وَّمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدًّا فَاَغۡشَيۡنٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُوۡنَ. وَسَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَاَنۡذَرۡتَهُمۡ اَمۡ لَمۡ تُنۡذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ. اِنَّمَا تُنۡذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكۡرَ وَخَشِىَ الرَّحۡمٰنَ بِالۡغَيۡبِۚ فَبَشِّرۡهُ بِمَغۡفِرَةٍ وَّاَجۡرٍ كَرِيۡمٍ
dan pada ayat ke-9, lalu beliau menaburkan pasir"
Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Aku membayangkan betapa takutnya sahabat Abdulloh Bin Abi Quhafah atau yang dikenal Abu Bakar al-Shiddiq  menyertai perjalanan yang mempertaruhkan jiwa dan raga itu. Dan dengan seizin Alloh, para algojo dan pembunuh bayaran itu pun terlelap tidur sampai fajar menyingsing.
Hatiku semakin bergema, memuji kekuasaanNya sambal menengok ke pelataran rumah, langkahku mengantarku menjawab rasa penasaran bagaimana beliau bisa selamat dari makar para durjana itu. Seraya mengagungkan kekuasaan dan kehendaknya, aku tatap langit yang dihiasi bintang dan temaram bulan menambah syahdu suasana malam.
Rabb … kalau bukan karena karuniaMu tidaklah mungkin cahaya islam ini akan hadir dalampelukanku. Segala puji hanya milikMu semata, yang tiada Ilah selainMu. Janganlah setelah itu, hamba berpaling dariMu.
Kembali asaku menerawang detik-detik persekongkolan kafir Quraisy untuk mengkriminal Rasululloh Saw di sebuah tempat yang disebut Darun Nadwah. Mereka sepakat untuk membunuh Rasululloh Saw, namun dalam hati mereka ada rasa takut Bani Abi Manaf dan Bani Hasyim akan menuntut balas.
Di tengah kebuntuan tiba-tiba Iblis la’natullah ‘alaihi berbisik ke dalam hati dan jantung pikiran Abu Jahal,
“Kenapa tidak kau suruh semua Qabilah Jaziarah Arab saja, untuk membunuh Muhammad itu. Bukankah dengan begitu, tidak akan ada dari Bani Manaf dan Bani Hasyim yang akan menuntut balas kepada semua kabilah."
Akhirnya, semua sepakat rencana busuk tersebut akan dieksekusi oleh para algojo dari setiap qabilah.
Sementara, rencana Rasululloh Saw sama sekali tidak mampu ditebak oleh mereka. Hal ini sebagai bukti yang meyakinkan dan meneguhkan hati kita tentang risalah ilahiah yang dibawa beliau. Sebaimana dijelaskan dalam al-Anfâl/8:30
  Kepada sahabat Ali Bin Abi Thalib keponakan beliau, Rasululloh saw berpesan agar tidur di kamar yang biasa ditempatinya. Sebelum berangkat beliau merencanakan beberapa rencana rahasia, di antaranya :
1.       Akan keluar menuju Gua Tsûr.
2.       Akan tinggal di Gua Tsûr selama tiga hari.
3.       Menyewa seorang penunjuk jalan yang mengerti perjalanan di padang pasir
4.       Asma` menyediakan bekal.
5.       Sahabat Abu Bakar menyuruh anaknya, ‘Abdullah untuk menyadap.
6.       Sahabat Abu Bakar menyuruh budaknya yang bernama ‘Âmir bin Fuhairah untuk
menggembalakan kambingnya untuk minum.
 Bintang dan bulan yang berpangku yang aku pandang adalah saksi yang sama akan ketulusan Rasululloh menjaga dan melanjutkan cahaya ilahi untuk manusia seantero bahkan seluruh makhluk dan malaikat sekalipun.
Allah Swt selalu menyertai langkahnya, pernah sahabat Abu Bakar radliyallohu ‘anhu ketika beliau berada di dalam Guar Tsur. Terdengar suara orang-orang tengah mencari jejak tapak mereka berdua. Sampai akhirnya mereka berada di mulut gua yang mereka berdua diami.
“Coba kau lihat gua ini! Tidak mungkin mereka berdua ada di dalamnya sementara dinding gua ini penuh denga serat rumah laba-laba.”
Para pemburu bayaran itu pun pupus niat dengan pertolongan tangan Allah Swt melalui kedua makhluk yang kecil. Sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi manusia dan umat islam bahwa tidak boleh meremehkan siapapaun.
Tiba saatnya, pada tanggal 1 Rabiul awwal 14 tahun setelah kenabian tepatnya tahun 622 Masehi. Rasululloh Saw dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan menuju Madinah Munawarah. Dengan harapan, tanah, keluarga dan semangat baru menyonsong di hadapannya.
Sebuah peribahas mengatakan Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasa membawa peribadi Rasululloh Saw semakin matang dalam membina dan manata sebuah sistem pemerintahan. Subuah tatanan kehidupan yang diatur oleh al-Qur’an dan al-Sunnah.
Dan tepat pada tanggal 12 Rabiul Awwal beliau menginjakan kaki di tanah leluhurnya dikebumikan. Tidak lain dan bukan dialah Ayahanda tercitan Abdulloh Bin Abdul Mothallib. Saat usia belia, beliau pernah dibawa oleh ibunda tercinta Aminah untuk berziarah sekaligus menengok sanak familinya di kota Madinah tersebut.
Lalu apa sebetulnya yang menyebabkan Madinah dipilih sebagai tempat untuk berhijrah Rasulullah dan umat Islam secara keseluruhan?Selain perintah Alloh Swt ada beberapa alasan, di antaranya :
1. Penduduknya memiliki sikap ramah. Suku Aus dan Khazraj yang mukim di Madinah sebetulnya berasal dari Yaman. Sementara orang-orang Yaman dikenal sebagai orang yang memiliki budi yang halus dan perasaan yang lembut.
2. Penduduk Madinah memiliki pengalaman berperang.
3. Rasulullah memiliki hubungan darah dengan penduduk Madinah.
4. Letak Madinah yang strategis.
Dalam sebuah kesempatan Rasulullah pernah berdoa: Ya Allah anugerahilah pahala yang berlipat ganda di Madinah, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah di Makkah.
Suasana semakin hening hanyut dalam tasbih, tahmid dan takbir mengagungkan kuasaan Ilahi. Puji-pujian hanya bagi Alloh, segala kehormatan, dan keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan itu punya Allah. Keselamatan atas Nabi Muhammad, juga rahmat dan berkahnya. Keselamatan dicurahkan kepada kami dan atas seluruh hamba Allah yang sholeh.
Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Semoga kisah ini membawa semangat baru dalam menghadapi dunia ini yang penuh dengan fatamorgana. Aamiin yaa rabbal’aalamiin

Sabtu, 02 Mei 2020

Covid-19 adalah Musibah Besar



Qunut Nazilah 



Tulisan ini sebagai ajakan untuk bersama-sama membaca Qunut Nazilah selama terdampak wabah Korona secara Pandemik

Rasulullah SAW membaca do'a qunut nazilah saat mendengar kematian sahabatnya dalam rombongan Al-Qurra. Sang penghulu Rasul itu diceritakan sangat sedih hingga membaca doa qunut memohon perlindungan dari kaum musyrikin.
Terkait wabah virus korona di Indonesia, sejumlah pihak menyarankan mengamalkan qunut nazilah. Selain tentunya meningkatkan usaha kebersihan diri dan lingkungan, usaha preventif lain juga dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19.

Terlebih setelah ada anjuran dan fatwa dari MUI yang disampaikan oleh Dr Asrorun Ni'am Sholeh

Salah satu waktu do'a yang mustajab adalah ketika turunnya musibah atau wabah. Terlebih jika, do'a itu dipanjatkan dalam sholat seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhmmad Saw, baik ketika sujud, tahiyat akhir serta setelah i'tidal raka'at terakhir yang disebut qunut nazilah.

Maka kumpul _Mustajabah Mu'aqqotah Makhshushot_ (saat2 dijabah do'a pada waktu istimewa), yakni saat di dera musibah yakni wabah korona dan dalam sholat serta ketiak puasa ramdhan.

Ketika wabah korona turun (nazilah) banyak korban berjatuhan, hampir di seluruh negara bahkan di Indonesia tercatat per Kamis, 7 Mei 2020 M (15 Ramadhan 1441 H) pukul 12.00 WIB, ada penambahan 338 kasus sehingga total menjadi 12.776 orang kasus positif corona.

Dari jumlah tersebut, ada penambahan kasus sembuh sebanyak 64 sehingga total menjadi 2.381
Smentara ada 35 yang meninggal dari kasus konfirmasi positif sehingga totalnya menjadi 930 orang,

Bahkan dengan wabah korona tsb, sumber penghidupan mereka lenyap, sehingga kerugian yang ditimbulkan teramat besar - maaf - ketimbang kerugian yang timbul dari terbunuhnya para ahli al-Qur’an di kalangan sahabat dan para sahabat yang terpasung sehingga tidak mampu berhijrah ke kota Madinah. Inilah sejumlah dalil yang disampaikan oleh alim ulama yang memandang qunut nazilah disyari’atkan saat terjadinya wabah.
Inilah sejumlah dalil yang disampaikan oleh alim ulama yang memandang qunut nazilah disyari’atkan saat terjadinya wabah.

Wabah didefinisikan lebih umum daripada tha’un sebagai,
مَرَضٌ عَامٌّ يُصِيْبُ الْكَثِيْرُ مِنَ الناسِ فِيْ جِهَةٍ مِنَ اْلأَرْضِ دُوْنَ سَائِرِ اْلجِهَاتِ، وَيَكُوْنُ مُخَالِفًا لِلْمُعْتَادِ مِنَ اْلأمْرَاضِ فِي اْلكَثْرَةِ وَغَيْرِهَا، وَيَكُوْنُ نُوْعًا وَاحِدًا
Penyakit yang menimpa banyak orang di suatu wilayah di permukaan bumi, tidak seluruhnya. Penyakit ini berbeda dengan penyakit pada umumnya, korban jiwa yang ditimbulkan begitu banyak, dan umumnya penyakit ini spesifik.” [Syarh Muktashar Khaliil 5/133] 
Ibnu Nujaim rahimahullah mengatakan,

القُنُوْتُ عِنْدَنَا فِي النَازِلَةِ ثَابِتٌ وَهُوَ الدُّعَاءُ بِرَفْعِهَا وَلَا شَكَّ أنَّ الطَّاعُوْنَ مِنْ أَشَدِّ النَّوَازِلِ
Dalam pandangan kami, disyari’atkan melakukan qunut ketika terjadi musibah, yaitu dengan memanjatkan do’a agar penyakit itu dimusnahkan dan tidak ragu lagi bahwa tha’un termasuk di antara musibah yang dahsyat.” [al-Asybaah wa an-Nazhaa-ir hlm. 382]

Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah mengatakan, “Disyari’atkan memanjatkan do’a agar tha’un yang menimpa negeri kaum muslimin diangkat. Baik itu dilakukan secara berkelompok atau bersendiri dengan melakukan qunut. Pendapat ini adalah pendapat yang umum di kalangan Syafi’iyyah berdasarkan alasan bahwa tha’un juga termasuk musibah. Asy-Syafi’i telah menyatakan pensyari’atan qunut ketika terjadi musibah. Ar-Raafi’i dan ulama yang lain menganalogikannya dengan wabah dan paceklik.” [Badzl Maa’uun fii Fadl ath-Thaa’uun hlm. 316]
Bacaan qunut nazilah yang masyhur masa wabah salah satu di antaranya adalah berikut ini,
 
للَّهُمَّ اهْدِنَا فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعاَفِنَا فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنَا فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ
Ya Allah, berilah aku petunjuk seperti orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan seperti orang yang telah Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku bersama-sama orang-orang yang telah Engkau pimpin
 وَبَارِكْ لَنَا فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ
Berilah berkah pada segala apa yang telah Engkau pimpin.
Berilah berkah pada segala apa yang telah Engkau berikan kepadaku. Dan peliharalah aku dari kejahatan yang Engkau pastikan
إِنَّكَ تَقْضِيْ وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
Karena sesungguhnya Engkau-lah yang menentukan dan tidak ada yang menghukum (menentukan) atas Engkau. Sesungguhnya tidaklah akan hina orang-orang yang telah Engkau beri kekuasaan. Dan tidaklah akan mulia orang yang Engkau musuhi.
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ, فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ
Maha Berkahlah Engkau dan Maha Luhurlah Engkau. Segala puji bagi-Mu atas yang telah Engkau pastikan. Aku mohon ampun dan tobat kepada Engkau
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلغَلَاءَ وَالْبَلاَءَ وَالْوَباَءَ
Ya Allah Tuhan kami. Hindarkanlah kami dari malapetaka, bala dan bencana
وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ
kekejian dan kemunkaran, sengketa yang beraneka, kekejaman dan peperangan
مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً
yang tampak dan tersembunyi dalam negara kami khususnya
وَمِنْ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
dan dalam negara kaum muslimin umumnya. Sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Semoga Allah memberi rahmat dan salam atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya dan sahabatnya.
وَصَلَّى  اللهُ عَلَى سَيدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِيِّ وَعَلَى َاِلِه وَصْحْبِهِ وَسَلَّمَ
Semoa Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada Baginda Nabi Muhammad nabi yang ummi dan keluarga serta para sahabatnya.
Selain bebas memilih versi doa qunut yang diinginkan, seorang muslim juga tak perlu khawatir jika tak hapal karena bacaan qunut nazilah bisa juga dengan do’a-doa yang meminta kabaikan di dunia dan diakhirat serta dijauhakn dari berbagai musibah.

Syaikh Abu Bakar Bin Muhammad Syatha (lahir di  Makkah tahun 1266 H/1849 M) dalam kitabnya I’anat al-Thalibin hal 160--161 juz 1,
وَلَمَّا كَانَ قُنُوْتُ الصًّبْحِ الْمَذْكُوْرِ اَوَّلًا ثَابِتًا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُدِّمَ عَلَى هٰذَا فَمِنْ ثَمَّ لَوْ اَرَادَ اَحَدَهُمَا فَقَطْ اِقْتَصَرَ عَلَى اْلاَوَّلِ وَلَا يَتَعَيَّنَ كَلِمَاتُ الْقُنُوْتِ فَيَجْزِىْءُ عَنْهَا اَيَةٌ تَضَمَّنَتْ دُعَاءً اِنْ قَصَدَهُ كَٰاخِرِ اْلبَفَرَةِ وَكَذَالِكَ دُعَاءُ مَحْضٍ وَلَوْ غَيْرَ مَأْثُوْرٍ. قَالَ شَيْخُنَا وَالَّذِيْ يَتَّجِهُ اَنَّ الْقَانِتُ لِنَازِلَةٍ يَأتِىْ بِقُنُوْتِ الصُّبْحِ ثُمَّ يُخْتَمُ بِسُؤَالٍ رَفَعَ تِلْكَ النَّازِلَةَ
Ketika qunut subuh tersebut mengawali do’a, sebagaimana yang dikutip dari Nabi Muhammad Saw didahulukan atas do’a ini. Maka dari keterangan tersebut, jika seseorang bermaksud untuk mencukupkan qunut dengan salah satu darinya, maka cukuplah yang pertama itu.
Sementara, kalimat-kalimat do’a yang dipanjatkan, maka boleh dengan sebuah ayat dari al-Qur’an yang mengandung permohonan (do’a) jika ia bermaksud, misal ayat terakhir surat al-baqarah (
ربنا لا نؤلخذنا...).
Demikian juga, do’a yang umum meskipun tidak ma’tsur. Telah berkata, Guru kami, “Yang paling penting bagi yang qunut karena suatu wabah, ia membaca qunut subuh, dan ditutup dengan do’a permohonan agar diangkat wabah yang turun.

Para muslim bisa membaca doa sesuai kemampuan masing-masing dengan niat yang tulus demi perlindungan Allah SWT. Perlindungan Allah SWT sangat dibutuhkan selama dan setelah Indonesia menghadapi wabah COVID-19.


Oleh : Muliayawan Gumilar, S.Pd.I












Menjaga kehormatan, ikhlas, malu dan zuhud

Salah satu hal terpenting dalam membangun kepribadian seseorang muslim adalah sikap terhadap diri, orang lain dan lingkungan sekelilingnya. ...