Musium Madinah
Seperti biasa, sayup-sayup terdengar sebuah
suara dari corong sebuah masjid atau mungkin mushala menyapa
keheningan, menyelinap di balik kegelapan malam nan senyap. Bagiku suara
itu tidak terasa asing, namun sedikit mengganggu karena suara itu
mendahului gawaiku yang dipasang jam 03.30. Lama-lama suara itu semakin
menyempil dibalik gendang telinga memaksaku untuk bangun.
Sambil komat-kamit melafalkan do’a yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw yang artinya,
Segala
puji hanya milik Allah yang telah mengembalikan ruhku kepadaku, dan
telah memberikan kebaikan kepadaku berupa jasadku yang sehat, dan
memberikan izin kepadaku untuk senantiasa mengingatNya.
Sejenak terlintas dalam pikiranku, suasana dingin dan sejuk seperti ini
kenapa masih banyak orang begitu terlena dan lelap dalam tidur semu
ini. Alam pikiranku menerawang saat dimana Rasululloh Saw melangkahkan
kaki meninggalkan kota kelahiran. Malam itu beliau hendak pergi
menyelinap menghindari kafir Quraisy yang tidak mengharapkan
keberadaannya di Mekah, bahkan mereka akan menangkap dan membunuhnya
menumpahkan api kemarahan dan bara kedengkian.
Sambil menggengam pasir Baginda Nabi Saw menaburkan butiran-butiran
pasir ke setiap penjuru hamparan jalan setapak yang dilaluinya. Dari
mulutnya yang mulia, Abdulloh Bin Abi Quhafah mengintip suara lirih
namun jelas, membaca surat Yasin dari ayat 1 - 10.
يٰسٓ.
وَالۡقُرۡاٰنِ الۡحَكِيۡمِ. اِنَّكَ لَمِنَ الۡمُرۡسَلِيۡنَۙ. عَلٰى
صِرَاطٍ مُّسۡتَقِيۡمٍؕ. تَنۡزِيۡلَ الۡعَزِيۡزِ الرَّحِيۡمِ. لِتُنۡذِرَ
قَوۡمًا مَّاۤ اُنۡذِرَ اٰبَآؤُهُمۡ فَهُمۡ غٰفِلُوۡنَ. لَقَدۡ حَقَّ
الۡقَوۡلُ عَلٰٓى اَكۡثَرِهِمۡ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ. اِنَّا جَعَلۡنَا
فِىۡۤ اَعۡنَاقِهِمۡ اَغۡلٰلًا فَهِىَ اِلَى الۡاَ ذۡقَانِ فَهُمۡ
مُّقۡمَحُوۡنَ. وَجَعَلۡنَا مِنۡۢ بَيۡنِ اَيۡدِيۡهِمۡ سَدًّا وَّمِنۡ
خَلۡفِهِمۡ سَدًّا فَاَغۡشَيۡنٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُوۡنَ. وَسَوَآءٌ
عَلَيۡهِمۡ ءَاَنۡذَرۡتَهُمۡ اَمۡ لَمۡ تُنۡذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ.
اِنَّمَا تُنۡذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكۡرَ وَخَشِىَ الرَّحۡمٰنَ
بِالۡغَيۡبِۚ فَبَشِّرۡهُ بِمَغۡفِرَةٍ وَّاَجۡرٍ كَرِيۡمٍ
dan pada ayat ke-9, lalu beliau menaburkan pasir"
Dan
Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka
juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat
melihat.
Aku membayangkan
betapa takutnya sahabat Abdulloh Bin Abi Quhafah atau yang dikenal Abu
Bakar al-Shiddiq menyertai perjalanan yang mempertaruhkan jiwa dan raga
itu. Dan dengan seizin Alloh, para algojo dan pembunuh bayaran itu pun
terlelap tidur sampai fajar menyingsing.
Hatiku semakin bergema, memuji kekuasaanNya sambal menengok ke
pelataran rumah, langkahku mengantarku menjawab rasa penasaran bagaimana
beliau bisa selamat dari makar para durjana itu. Seraya mengagungkan
kekuasaan dan kehendaknya, aku tatap langit yang dihiasi bintang dan
temaram bulan menambah syahdu suasana malam.
Rabb … kalau bukan karena karuniaMu tidaklah mungkin cahaya islam ini
akan hadir dalampelukanku. Segala puji hanya milikMu semata, yang tiada
Ilah selainMu. Janganlah setelah itu, hamba berpaling dariMu.
Kembali asaku menerawang detik-detik persekongkolan kafir Quraisy untuk
mengkriminal Rasululloh Saw di sebuah tempat yang disebut Darun Nadwah.
Mereka sepakat untuk membunuh Rasululloh Saw, namun dalam hati mereka
ada rasa takut Bani Abi Manaf dan Bani Hasyim akan menuntut balas.
Di tengah kebuntuan tiba-tiba Iblis la’natullah ‘alaihi berbisik ke dalam hati dan jantung pikiran Abu Jahal,
“Kenapa
tidak kau suruh semua Qabilah Jaziarah Arab saja, untuk membunuh
Muhammad itu. Bukankah dengan begitu, tidak akan ada dari Bani Manaf dan
Bani Hasyim yang akan menuntut balas kepada semua kabilah."
Akhirnya, semua sepakat rencana busuk tersebut akan dieksekusi oleh para algojo dari setiap qabilah.
Sementara, rencana Rasululloh Saw sama sekali tidak mampu ditebak oleh
mereka. Hal ini sebagai bukti yang meyakinkan dan meneguhkan hati kita
tentang risalah ilahiah yang dibawa beliau. Sebaimana dijelaskan dalam al-Anfâl/8:30
Kepada sahabat Ali Bin Abi Thalib keponakan beliau, Rasululloh saw
berpesan agar tidur di kamar yang biasa ditempatinya. Sebelum berangkat
beliau merencanakan beberapa rencana rahasia, di antaranya :
1. Akan keluar menuju Gua Tsûr.
2. Akan tinggal di Gua Tsûr selama tiga hari.
3. Menyewa seorang penunjuk jalan yang mengerti perjalanan di padang pasir
4. Asma` menyediakan bekal.
5. Sahabat Abu Bakar menyuruh anaknya, ‘Abdullah untuk menyadap.
6. Sahabat Abu Bakar menyuruh budaknya yang bernama ‘Âmir bin Fuhairah untuk
menggembalakan kambingnya untuk minum.
Bintang dan bulan yang berpangku yang aku pandang adalah saksi yang
sama akan ketulusan Rasululloh menjaga dan melanjutkan cahaya ilahi
untuk manusia seantero bahkan seluruh makhluk dan malaikat sekalipun.
Allah Swt selalu menyertai langkahnya, pernah sahabat Abu Bakar radliyallohu ‘anhu ketika
beliau berada di dalam Guar Tsur. Terdengar suara orang-orang tengah
mencari jejak tapak mereka berdua. Sampai akhirnya mereka berada di
mulut gua yang mereka berdua diami.
“Coba kau lihat gua ini! Tidak mungkin mereka berdua ada di dalamnya
sementara dinding gua ini penuh denga serat rumah laba-laba.”
Para pemburu bayaran itu pun pupus niat dengan pertolongan tangan Allah
Swt melalui kedua makhluk yang kecil. Sebuah pelajaran yang sangat
berharga bagi manusia dan umat islam bahwa tidak boleh meremehkan
siapapaun.
Tiba saatnya, pada tanggal 1
Rabiul awwal 14 tahun setelah kenabian tepatnya tahun 622 Masehi.
Rasululloh Saw dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan menuju Madinah
Munawarah. Dengan harapan, tanah, keluarga dan semangat baru menyonsong
di hadapannya.
Sebuah peribahas mengatakan Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasa membawa
peribadi Rasululloh Saw semakin matang dalam membina dan manata sebuah
sistem pemerintahan. Subuah tatanan kehidupan yang diatur oleh al-Qur’an
dan al-Sunnah.
Dan tepat pada tanggal
12 Rabiul Awwal beliau menginjakan kaki di tanah leluhurnya dikebumikan.
Tidak lain dan bukan dialah Ayahanda tercitan Abdulloh Bin Abdul
Mothallib. Saat usia belia, beliau pernah dibawa oleh ibunda tercinta
Aminah untuk berziarah sekaligus menengok sanak familinya di kota
Madinah tersebut.
Lalu apa sebetulnya
yang menyebabkan Madinah dipilih sebagai tempat untuk berhijrah
Rasulullah dan umat Islam secara keseluruhan?Selain perintah Alloh Swt ada beberapa alasan, di antaranya :
1. Penduduknya memiliki sikap ramah. Suku Aus dan Khazraj yang
mukim di Madinah sebetulnya berasal dari Yaman. Sementara orang-orang
Yaman dikenal sebagai orang yang memiliki budi yang halus dan perasaan
yang lembut.
2. Penduduk Madinah memiliki pengalaman berperang.
3. Rasulullah memiliki hubungan darah dengan penduduk Madinah.
4. Letak Madinah yang strategis.
Dalam sebuah kesempatan Rasulullah pernah berdoa: Ya Allah anugerahilah
pahala yang berlipat ganda di Madinah, sebagaimana Engkau telah
memberikan berkah di Makkah.
Suasana
semakin hening hanyut dalam tasbih, tahmid dan takbir mengagungkan
kuasaan Ilahi. Puji-pujian hanya bagi Alloh, segala kehormatan, dan
keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan itu punya Allah. Keselamatan atas
Nabi Muhammad, juga rahmat dan berkahnya. Keselamatan dicurahkan kepada
kami dan atas seluruh hamba Allah yang sholeh.
Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Semoga kisah ini membawa semangat baru dalam menghadapi dunia ini yang penuh dengan fatamorgana. Aamiin yaa rabbal’aalamiin