Rabu, 22 Mei 2019

Wisuda Al Qur'an


Wisuda al Qur'an 
di SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah

Sebagaimana dimaklumi bersama, bahwa dalam rangka mempersiapkan generasi muda yang qurani, perlu pembinaan baik kekuatan lahir maupun kekuatan batin.
Tidak jarang kita saksikan para remaja yang sedianya belajar dan membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan, malah dihabiskan dengan hal-hal yang kurang berfaidah. Suasana tersebut sangat mengkhawatirkan para orang tua yang menyadari bahwa tantangan mereka akan lebih sulit dibanding orang tua mereka sendiri.
Untuk itulah, maka SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah, Sukabumi, berusaha mendidik para santri agar mampu menguasai al Quran, bukan sekedar memahamai dan mengamalkan lebih dari itu, para santri didorong untuk menghafal al Quran surat demi surat, ayat demi ayat. Sehingga ketika mereka kembali ke masyarakat sudah siap menjadi insan penerus pewaris pusaka rasulillah Saw. Melanjutkan estapet dakwah, mengajak masyarakat ke halan kebaikan dan diridloi Alloh Swt.
Wisuda al Quran diselenggarakan setiap setahun sekali. Mengingat proses seleksi yang ketat sehingga dari 180 santri hanya sekitar 54 santri yang meraih ketuntasan dengan hasil bervariatif.
Ada 5 tingkatan kualifikasi nilai capaian, di antaranya adalah :
1. Mumtaz (luar biasa) 96 - 100
2. Jayyid Jiddan (baik sekali) 86 - 95
3. Jayyid (baik) 76 - 85
4. Rashib (gagal) 65 - 75
Alhamdulillah dengan seizin Aloh Ta'ala, wisuda al Quran angkatan ke-2 akan diselenggarakannpada kamis, 30 Mei 2019 (25 Ramadhan 440 h). Menjadi bekal dan motivasi untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Proposal Wisuda al Qur'an
Download di sini!

Senin, 13 Mei 2019

Proses Manasik Haji/Umroh


Bahan Ujian Praktik PAI X
SMA HAYATAN THAYYIBAH
Rangakain Pelaksanaan Manasik Haji (Umrah)



1.      
Melakukan ihram dari miqat yang telah ditentukan Ihram dapat dimulai sejak awal bulan Syawal dengan melakukan mandi sunah, berwudhu, memakai pakaian ihram, dan berniat haji dengan mengucapkan : 
لَبَّيْكَ حَجًّا atau لَبَّيْكَ الَّلهُمَّ حَجًّا
Labbaik Allahumma hajjan,
artinya: “aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, untuk berhaji.
2.      Kemudian berangkat menuju Arafah dengan membaca talbiyah untuk menyatakan niat :
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ،لَبَّيْكَلاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Labbaik Allahumma labbaik, labbaik laa syariika laka labbaik, inna al-hamda, wa ni’mata laka wa al-mulk. Laa syariika laka
Artinya : Aku datang ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang, sesungguhnya segala pujian, segala kenikmatan, dan seluruh kerajaan adalah milik Engkau, tiada sekutu bagi-Mu.

3.      Thawwaf.
Yakni mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali. Sambil membaca do’a :
اللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْاَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَاَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَاَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْاَبْرَارِ يَاعَزِيْزُ يَا جَبَّارُ يَاغَفَّارُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Pada saat sampai hajar aswad lalu mencium batu tersebut atau cukup melambaikan tangan dan mencium telapak tangan sambil berdo’a :           
بِسْمِ اللهِ ، وَاللهُ أَكْبَر اللَّهُمَّ إِيمَاناً بِكَ ، وَتَصْدِيقًا بِكِتَابِكَ ، وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ ، وَاتِّبَاعاً لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عليه وسلم

Bismillâhi wa-Llâhu akbar allâhumma îmânan bika wa tashdîqan bikitâbika wa wafâ’an bi ‘ahdika wat tibâ‘an li sunnati nabiyyika muhammadin shallallâhu ‘alaihi wa sallam.  

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Allah maha besar. Ya Allah, seraya iman kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu, menepati janji kepada-Mu, serta mengikuti sunah Nabi-Mu, Muhammad shalLallahu ‘alaihi wa sallam. (Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syato’ ad-Dimyâthi, Hasyiyah I’anah ath-Thâlibîn ‘ala Halli Alfâdzi Fathi al-Mu’în li Syarh Qurratil-‘Ain, Dar el-Fikr, Beirut, juz 2, halaman 337)

4.      Sa’i.
Lari-lari kecil antara shofa dan marwah sebanyak 7 kali. Dimuali dari shofa lalu naik ke atsa sampai Nampak Baitulloh, lalu membaca kalimat tauhid dan bertakbir tiga kali dan memujiNya, lalu membaca :
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي ويُمِييْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَه
(Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyiii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syai’in qadiir. Laa ilaaha illallaahu wahdah, anjaza wa’dahu manashara ‘abdahu wa hazamal ahzaaba wahdah)
Artinya:”Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah semata, tiada sekutu bagiNya, hanya bagiNya segala kerajaan dan hanya bagiNya segala puji dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada sesembahan yang haq melainkan Dia, tiada sekutu bagiNya, yang menepati janjiNya, yang memenangkan hambaNya dan yang menghancurkan golongan-golongan (kafir) dengan tanpa dibantu siapa pun.” Ulangilah dzikir tersebut sebanyak tiga kali dan berdo’alah pada tiap-tiap selesai membacanya dengan do’a-do’a yang Anda kehendaki.
5.      Wukuf di Arafah dan Mabit di Mizdalifah.
Masa wukuf di padang Arafah adalah antara setelah matahari tergelincir (9 Dzulhijjah) sampai terbit fajar pada hari nahar (hari menyembelih kurban) tanggal 10 Dzulhijjah.
Biasanya jama’ah akan menginap atau mabit diMuzdalifah. Saat wukuf, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu:
a)      shalat jamak taqdim; shalat qashar Zuhur-Ashar;
b)      berdoa;
c)      berzikir bersama;
d)     membaca Al-Quran;
e)      shalat jamak taqdim; shalat qashar Maghrib-Isya.

6.      Mina Mekkah.
Di sini mengambil batu kerikil sejumlah 49 butir atau 70 butir untuk melempar jumroh di Mina, dan melakukan shalat subuh di awal waktu, dilanjutkan dengan berangkat menuju Mina. Kemudian berhenti sebentar di Masy’aral Haram (monumen suci) atau Muzdalifah untuk berzikir kepada.

Allah SWT (Q.S. Al Baqarah : 198), dan mengerjakan shalat subuh ketika fajar telah menyingsing. Melontar Jumroh Aqobah Dilakukan di bukit Aqobah pada tanggal 10 Dzulhijjah dengan 7 butir kerikil, kemudian menyembelih hewan kurban.

7.      Tahalul


Tahalul adalah berlepas diri dari ihram haji setelah selesai mengerjakan amalan-amalan haji.

Jumat, 10 Mei 2019

Risalah Puasa


Keutamaan Puasa



Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah ta’ala, bulan ramadan adalah bulan yang penuh dengan barakah, bulan dimana segala kebaikan yang banyak terdapat di sana, berikut ini kami akan memaparkan beberapa keutamaan bagi seorang muslim yang berpuasa pada bulan tersebut.
Banyak sekali ayat-ayat yang tegas dan jelas dalam Al-Qur’an yang memberikan anjuran untuk melaksanakan puasa sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan juga Allah ta’ala telah menjelaskan keutamaan-keutamaannya, seperti firman-Nya:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Puasa Merupakan Perisai Bagi Seorang Muslim
يا معشر الشباب من اسطاع منكم الباءة فاليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء
“Wahai sekalian para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah, karena menikah dapat lebih menundukkan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barang siapa yang belum mampu menikah maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah penjaga baginya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Maka pada hadits ini Rasulullah memerintahkan bagi orang yang telah kuat syahwatnya akan tetapi belum mampu untuk menikah maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa dapat menjadi pemutus syahwat ini, karena puasa menahan kuatnya anggota badan hingga badan bisa terkontrol menenangkan seluruh anggota badan serta seluruh kekuatan (yang jelek) bisa di tahan hingga dapat melakukan ketaatan dan di belenggu dengan kendali puasa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
ما من عبد يصوم يوما في سبيل الله إلا باعد الله بذالك وجهه عن النار سبعين خريفا
“Tidaklah seorang hamba yang berpuasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksud sabda Rasulullah “70 musim” adalah perjalanan 70 tahun, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (6/48)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ما من عبد يصوم يوما في سبيل الله إلا باعد الله بذالك وجهه عن النار سبعين خريفا
“Barang siapa berpuasa satu hari di jalan Allah maka Allah akan menjadikan di antara neraka dan dirinya parit yang jaraknya sejauh bumi dan langit.”
Maka hadits-hadits tersebut merupakan penjelasan tentang keutamaan berpuasa yang dilakukan karena ikhlas mengharapkan wajah Allah ta’ala sesuai dengan petunjuk yang telah diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Puasa Bisa Memasukkan Seorang Hamba ke Dalam Surga
Puasa dapat menjauhkan seorang hamba dari neraka, yang berarti mendekatkannya menuju surga.
Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah:
يا رسول الله دلني على عمل أدخل به الجنة
“Wahai Rasulullah tunjukkan kepadaku suatu amalan yang bisa memasukkanku ke dalam surga.”
Rasulullah bersabda:
عليك باصوم لا مثل له
“Hendaklah engkau melaksanakan puasa karena tidak ada yang semisal dengannya.” (HR. Nasaai, Ibnu Hibban dan Al Hakim)
Pahala Orang yang Berpuasa Tidak Terbatas, Bau Mulutnya Lebih Wangi Daripada Wangi Kesturi dan Ia Memiliki Dua Kebahagiaan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ.
“Semua amalan bani adam adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, dan puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah ia mengatakan, ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau misk. Orang yang berpuasa mempunyai dua kegembiraan, ia bergembira ketika berbuka, dan ia bergembira ketika bertemu dengan rabbnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Bukhari disebutkan:
يترك طعامه وشرابه وشهوته من أجلي. الصيام لي وأنا أجزي به والحسنة بعشر أمثالها
“Ia meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena puasa untuk-Ku, dan aku yang akan membalasnya, dan kebaikan itu akan digandakan sepuluh kali lipatnya.”
Dalam riwayat muslim disebutkan:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Semua amalan bani adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat hingga 700 kali lipatnya, Allah ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan aku yang akan membalasnya, ia meninggalkan syahwat dan makannya karena aku, maka Aku yang akan membalasnya.’ Dan bagi orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya. Benar-benar mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum daripada harumnya misk.”
Puasa dan Al-Qur’an Akan Memberi Syafaat Kepada Ahlinya Pada Hari Kiamat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat pada hari kiamat. Puasa mengatakan ‘Wahai Rabbku, aku menghalanginya dari makan dan syahwat pada siang hari maka berilah ia syafaat karenaku.’ Al-Qur’an pun berkata, ‘Aku menghalanginya dari tidur pada malam hari maka berilah ia syafaat karenanya.” Rasulullah mengatakan, “Maka keduanya akan memberikan syafaat.” (HR. Ahmad, Hakim)
Puasa Sebagai Kaffarat (Penebus Dosa yang Pernah Dilakukan)
Di antara keutamaan puasa yang tidak ada dalam amalan lain adalah Allah menjadikannya sebagai kaffarat bagi orang yang memotong rambut kepalanya (ketika haji) karena ada uzur sakit atau penyakit di kepalanya, puasa juga dapat menjadi kaffarat bagi orang yang tidak mampu memberi kurban, kaffarat bagi pembunuh orang kafir yang punya perjanjian karena tidak sengaja, juga sebagai kaffarat bagi orang yang membatalkan sumpah atau yang membunuh binatang buruan di tanah haram dan sebagai kaffarat zhihar (mentalak istri).
Allah ta’ala berfirman:
وَأَتِمُّواْ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّهِ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ وَلاَ تَحْلِقُواْ رُؤُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضاً أَوْ بِهِ أَذًى مِّن رَّأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِّن صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ فَإِذَا أَمِنتُمْ فَمَن تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ذَلِكَ لِمَن لَّمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekkah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 196)
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يَقْتُلَ مُؤْمِنًا إِلا خَطَأً وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَأً فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ وَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ إِلا أَنْ يَصَّدَّقُوا فَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَكُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِنَ اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah, dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisaa: 92)
لا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الأيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari, yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar), dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).” (QS. Al-Maa-idah: 89)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ وَمَنْ قَتَلَهُ مِنْكُمْ مُتَعَمِّدًا فَجَزَاءٌ مِثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ هَدْيًا بَالِغَ الْكَعْبَةِ أَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسَاكِينَ أَوْ عَدْلُ ذَلِكَ صِيَامًا لِيَذُوقَ وَبَالَ أَمْرِهِ عَفَا اللَّهُ عَمَّا سَلَفَ وَمَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللَّهُ مِنْهُ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barang siapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai hadyu yang dibawa sampai ke Ka’bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya Dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan Barang siapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.” (QS. Al-Maa-idah: 95)
وَالَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا ذَلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (٣)فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barang siapa yang tidak mendapatkan (budak), Maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi Makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.” (QS. Al-Mujadilah: 3-4)
Demikian juga puasa dan shadaqah bisa menghapuskan musibah seseorang dari harta, keluarga dan anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فتنة الرجل في أهله وماله وجاره تكفرها الصلاة والصيام والصدقة.
“Fitnah (musibah) seorang pria dalam keluarga (istrinya), harta dan tetangganya dapat dihapuskan dengan shalat, puasa dan shadaqah.”
Orang yang Berpuasa Akan Mendapatkan Ar-Rayyan
إن في الجنة بابا يقال له الريان، يدخل منه الصائمون يوم القيامة. لا يدخل منه أحد غيرهم فإذا دخلوا أغلق فلم يدخل منه أحد [فإذا دخل آخرهم أغلق ومن دخل شرب ومن شرب لم يظمأ أبدا].
“Sesungguhnya dalam surga ada satu pintu yang di sebut dengan Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan memasuki pintu tersebut pada hari kiamat, tidak ada selain mereka yang akan memasukinya. Jika orang terakhir yang berpuasa telah masuk ke dalam pintu tersebut maka pintu tersebut akan tertutup. Barang siapa yang masuk, maka ia akan minum dan barang siapa yang minum maka ia tidak akan haus untuk selamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim), tambahan lafaz yang ada dalam kurung merupakan riwayat Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya no. (1903)
Disarikan dari Shifatu Shaumin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa sallam fii Ramadhan
Penulis: Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly dan Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid
***
Penyusun: Abu Sa’id Satria Buana
Artikel www.muslim.or.id

Minggu, 05 Mei 2019

Kompetensi Dasar dan Indikator Penilaian

BATASAN MATERI CB DAN TAHSIN TAHFIZ AL QUR’AN
UJIAN PRAKTIK PAT SEMESTER GENAP



Gb. 1 : Kegiatan Kajian Kitab

A.      Kelas I’dad
1.      Mampu membaca al Qur’an dengan lancar, baik dan benar.
2.     Mampu mendemonstrasikan hafalan Qur’an Surat berikut :
-          al Qori’ah
-          al ‘Adiyat,
-          al Zalzalah,
-          al Bayyinah,
-          al Qodr,
-          al ‘Alaq,
-          al Tin,
-          al Insyiroh,
-          al Dluha,
-          al Lail,
-          al Syams,
dengan lancer, baik dan benar.
3.      Mampu mendeskripsikan kaidah hukum bacaan nun mati dan tanwin serta mad asli.
4.      Mampu menyebutkan contoh hukum bacaan nun mati dan tanwin serta mad asli
5.      Mampu membuat secara tertuli shukum bacaan nun mati dan tanwin serta mad asli.
6.      Mampu mendemonstrasikan hafalan Hadis tentang berikut :
1.    Hadis ke-4               : Tanda Iman Seorang Mukmin
2.    Hadis ke-7               : Ta’at
3.    Hadis ke-9               : Membantu Saudara Mukmin dalam Kesulitan
4.    Hadis ke-10             : Menyayangi Anak Yatim
5.    Hadis ke-12             : Allah Berkuasa Mengangkat Ilmu ke Langit     
6.    Hadis ke-16             : Tanda-tanda Kiamat sudah Dekat
7.    Hadis ke-17             : Menyebarkan Salam
8.    Hadis ke-18             : Berjabat tangan
9.    Hadis ke-19             : Amanat     
10.  Hadis ke-23             : Perumpamaan Orang-orang Mukmin
7.      Menyebutkan arti hadis tersebut dengan baik dan benar

B.       Kelas Tajwidy
1.      Mampu membaca al Qur’an dengan lancar, baik dan benar.
2.      Mampu mendemonstrasikan hafalan Qur’an Surat berikut :
-          al Balad
-          al Fajr
-          al Ghasyiah
-          al A’la
-          al Thoriq
-          al Buruj
dengan lancer, baik dan benar.
3.      Mampu mendeskripsikan kaidah hukum bacaan nun mati/tanwin dan mad far’iy.
4.      Mampu menyebutkan contoh hukum bacaan nun mati/tanwin dan mad far’iy
5.      Mampu membuat secara tertulis hukum bacaan nun mati/tanwin dan mad far’iy.
6.      Mampu mendemonstrasikan hafalan Hadis tentang berikut :
1.          Hadis ke-4      : Tanda Iman Seorang Mukmin
2.          Hadis ke-7      : Ta’at
3.          Hadis ke-9      : Membantu Saudara Mukmin dalam Kesulitan
4.          Hadis ke-10    : Menyayangi Anak Yatim
5.          Hadis ke-12    : Allah Berkuasa Mengangkat Ilmu ke Langit     
6.          Hadis ke-16    : Tanda-tanda Kiamat sudah Dekat
7.          Hadis ke-17    : Menyebarkan Salam
8.          Hadis ke-18    : Berjabat tangan
9.          Hadis ke-19    : Amanat     
10.        Hadis ke-23    : Perumpamaan Orang-orang Mukmin
7.      Menyebutkan arti hadis tersebut dengan baik dan benar.

C.       Kelas Tahsin
1.      Mampu membaca al Qur’an dengan lancar, baik dan benar.
2.      Mampu mendemonstrasikan hafalan Qur’an juz 30
-          al Insyiqoq,
-          al Muthafifin,
-          al Infithor,
-          al Takwir,
-          al Naziat
-          al Naba
dengan lancer, baik dan benar.
3.      Mampu mendeskripsikan kaidah hukum bacaan mim mati dan  jenis-jenis idgham.
4.      Mampu menyebutkan contoh hukum bacaan mim mati dan jenis-jenis idgham.
5.      Mampu membuat secara tertulis hukum bacaan mim mati dan jenis-jenis idgham.
6.      Mampu mendemonstrasikan hafalan Hadis tentang berikut :
1.          Hadis ke-4      : Tanda Iman Seorang Mukmin
2.          Hadis ke-7      : Ta’at
3.          Hadis ke-9      : Membantu Saudara Mukmin dalam Kesulitan
4.          Hadis ke-10    : Menyayangi Anak Yatim
5.          Hadis ke-12    : Allah Berkuasa Mengangkat Ilmu ke Langit     
6.          Hadis ke-16    : Tanda-tanda Kiamat sudah Dekat
7.          Hadis ke-17    : Menyebarkan Salam
8.          Hadis ke-18    : Berjabat tangan
9.          Hadis ke-19    : Amanat     
10.        Hadis ke-23    : Perumpamaan Orang-orang Mukmin
7.      Menyebutkan arti hadis tersebut dengan baik dan benar.

D.      Kelas Tahfiz
1.      Mampu membaca al Qur’an dengan lancar, baik dan benar.
2.      Mampu mendemonstrasikan hafalan Qur’an juz 29 atau surat-surat lain pada  satu juz  tersebut yang sedang  
         dimuroja'ah. 
-          al Mulk
-          al Nun
-          al Haqah
-          al Ma’arij
-          al Nuh
-          dst ...
dengan lancer, baik dan benar.
3.      Mampu mendeskripsikan kaidah hukum bacaan qalqalah, lam ta’rif dan  tanda waqaf.
4.      Mampu menyebutkan contoh hukum bacaan qalqalah, lam ta’rif dan tanda   waqaf.
5.      Mampu membuat secara tertulis hukum bacaan qalqalah, lam ta’rif dan tanda waqaf.
6.      Mampu mendemonstrasikan hafalan Hadis tentang berikut :
1.          Hadis ke-4      : Tanda Iman Seorang Mukmin
2.          Hadis ke-7      : Ta’at
3.          Hadis ke-9      : Membantu Saudara Mukmin dalam Kesulitan
4.          Hadis ke-10    : Menyayangi Anak Yatim
5.          Hadis ke-12    : Allah Berkuasa Mengangkat Ilmu ke Langit     
6.          Hadis ke-16    : Tanda-tanda Kiamat sudah Dekat
7.          Hadis ke-17    : Menyebarkan Salam
8.          Hadis ke-18    : Berjabat tangan
9.          Hadis ke-19    : Amanat     
10.        Hadis ke-23    : Perumpamaan Orang-orang Mukmin
7.      Menyebutkan arti hadis tersebut dengan baik dan benar.


B.   LEMBAR PENILAIAN UJIAN PRAKTIK
Rubrik Penilaian Unjuk Kerja
A.      Semua bacaan benar, sesuai dengan indikator.
B.       Semua jawaban benar tetapi ada indikator yang kurang tepat. 
C.       Ada bacaan yang benar dan sesuai.
D.      Semua bacaan salah

Kategori :
A     : ≥ 86
B     : 76 - ˂ 85
C     : 71 - ˂ 75
D     : 66 - ˂ 70

Format Khatam al Qur'an 30 juz Ramadhan 1440 H
Download di sini!

Sukabumi, 7 Mei 2019.
Co. CB,


Ttd.
Muliayawan Gumilar, S.Pd.I



Menjaga kehormatan, ikhlas, malu dan zuhud

Salah satu hal terpenting dalam membangun kepribadian seseorang muslim adalah sikap terhadap diri, orang lain dan lingkungan sekelilingnya. ...