Tadabbur Alam
di Alun-alun Surya Kencana
UNBK tinggal menunggu jam, kakak kelas kami
yang sekarang duduk di bangku kelas XII SMA Pesantren Hayatan Thayyibah tengah
siap-siap menghadapi UNBK. In sya Alloh ujiannya dilaksanakan pada tanggal 1 -
4 April 2019, lalu dilanjut pada tanggal 8 April 2019. Kami mendo’akan semoga
kalian mendapatkan hasil terbaik dan memuaskan.
Seperti para remaja seusia kami, libur adalah
hari yang ditunggu-tunggu. Maklumlah, jarang-jarang loh bisa libur cukup lama
dan kumpul dengan keluarga. Kalian tahu kan, kalau kami sehari-hari
tinggal di pondok jarang bisa kumpul sama orang tua, ketemu sama
temen-temen lama?
Namun, ada yang tidak biasa loh ... Kali
ini, kami manfaatkan hari libur untuk kegiaran tadabbur alam. Heem.... Apa
engga cape tuh tadabbur alam? Biasanya kegiatan tersebut, di tempat terbuka kan? Lagian,
bukannya kemaren sudah Mukhoyyam di Villa Cantik? Emang sih Gan... Kalau
kemaren kita Mukhoyyam bil Quran, sekarang kami akan Mukhoyyam bil’alam di
puncak Gunung Gede, tepatnya di Alun-alun Suryakencana. Hore..... !
Kalian pastinya penasaran, coba aja googling
ada kok alun-alun di puncak sana. Malah sudah masuk destinasi wisata favorit
dan tercatat sebagai salah satu warisan paru-paru dunia yang dilindungi
kelesatriannya. Pokoknya dijamin seru.
Kami harus mendaki Gunung Gede dengan
kemiringan 45-50 derajat. Bayangkan selama 4 - 5 jam, kami harus memompa
adrenalin sepanjang jalan sampai akhirnya tiba di tempat tujuan.
Awalnya, kami engga merencanakan kegiatan
tersebut, tapi beberapa sahabat kami yang tinggal jauh di luar kota, ada yang
dari Dumai, Kepualain Riau, Bekasi, Bandung, Bogor, Depok dan Jakarta. Mereka sehati
emoh pulang kampung sehingga menginisiasi untuk hiking dan climbing
ke Puncak Gunung Gede. Alhamdulillah, gayung bersambut ada asatidz yang
ikut juga loh... Ust Rezhi sama Ust Abiyyu yang menemani perjalanan kami ke
sana. Mantul ....!
Kami belum pernah memanjat gunung dengan
ketinggian 2750 - 3000 mdpl. Hanya mereka yang bernyali saja yang berani
menerobos kegelapan malam menyusuri jalan setapak dan semak-semak berduri di
sepanjang jalan menuju lokasi. Kami berangkat dari arah timur menuju barat,
tepatnya Cipanas - Cianjur, Sukabumi, Jawa Barat.
Kami berangkat dari Terminal Bus menuju Cianjur turun di Pasar Cipanas. Dari belakang Pasar yang merangkap terminal ini kita naik mobil angkot ke Gunung Putri
Kami berangkat dari Terminal Bus menuju Cianjur turun di Pasar Cipanas. Dari belakang Pasar yang merangkap terminal ini kita naik mobil angkot ke Gunung Putri
Di Pos Penjagaan
Gunung Putri (1.450 mdpl), pendaki wajib melapor dan menunjukkan surat - surat
perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang-barang bawaan. Untuk
barang yg dilarang seperti pisau, radio, sabun, odol, dll. akan diminta oleh
petugas. Pada saat keluar Taman Nasional juga akan dilakukan pemeriksaan
kembali serta wajib memperlihatkan sampah yang dibawa turun sisa-sisa pemakaian
kamisendiri. Di setiap pintu taman ada tempat untuk membuang sampah
Pendakian awal berupa jalan setapak yang melintasi kebun
penduduk, yang selanjutnya akan menyeberangi sungai kecil. Setelah melewati
sungai jalur mulai menanjak dan kamiakan menemukan pipa air minum yang
disalurkan untuk keperluan penduduk sekitar.
Satu jam perjalanan dari pipa air pendaki akan sampai di Pos
Tanah Merah yang berupa bangunan bekas kantor Taman Nasional yang sudah tidak
terpakai di ketinggian 1.850 mdpl. Jalur
semakin menanjak dan melintasi akar-akar pepohonan, suasana hutan semakin lebat
dan mencekam, setelah berjalan sekitar 1,5 jam akan sampai di Pos Legok Lenca
diketinggian 2.150 mdpl.Jalur berikutnya semakin curam dan licin terutama di
musim penghujan, di beberapa tempat medan sempit sehingga pendaki harus ke
pinggir bila berjumpa dengan pendaki dari arah berlawanan.
Pos
berikutnya adalah Buntut Lutung yang berada di ketinggian 2.300 mdpl. Tempat
ini agak lega sehingga bisa beristirahat rame-rame setelah melintasi jalur
sempit. Jarang sekali ada pendaki yang membuka tenda di pos-pos di sepanjang
jalur gunung putri. Selain tempatnya sempit dan tidak ada sumber air, pendaki
lebih suka bersusah payah sekuat tenaga untuk sampai di Alun-Alun Surya kencana
dan berkemah di sana.
Sebelum
sampai di lapangan terbuka Surya Kencana kamimasih harus melewati dua pos lagi
yakni Pos Lawang Seketeng (2.500 mdpl) dengan medan yang semakin terjal dan
semakin menguras tenaga, serta Pos Simpang Maleber (2.625 mdpl).
Pos yang
ada berupa bangunan untuk duduk yang dilengkapi dengan atap yang disangga satu
tiang seperti payung. Seperti pos-pos yang lainnya tiang penyangga atap sudah
roboh semua. Dari Pos Simpang Maleber lintasan sudah landai alun-alun Surya
Kencana sudah nampak di depan mata. Untuk menuju Pusat Keramaian Alun-Alun (
Kilometer Nol ) kamiharus berjalan ke arah kanan mengikuti aliran sungai kecil
yang berada tepat di tengah-tengah lapangan.
Selanjutnya dari Km-0 kamike kanan mendaki bukit terjal
berbatu yang banyak ditumbuhi edelweis untuk menuju puncak Gn. Gede. Sedangkan
untuk turun kembali lewat jalur Selabintana kami harus berjalan lurus.
Abiyu, Alif, Gulam, Fauzan Rafiqi, Ravi, Daffa,
Afghan, Ajie, Imam,
Ust. Abiyyu, Afif, Fauzan Syaoqi, Widodo, Rafli, Rifqi
Nuriyasin,
Rizki dan Ust. Rezhi (Dari kanan ke kiri)
Salam kami dari Generasi ke-20
Semoga SMA Pesantren Hayatan Thayyibah
ke depan lebih maju dan lebih baik lagi
Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar